Jumat, 30 November 2012

makalah kesling ( limbah ) - dauzz simolo

terapi mata mnus _ sumari sukotjo

Terapi Mata Minus

Minggu, 10 Mei 2009

Jangan berkecil hati hai orang-orang minus sedunia, sebab ada solusi pengobatan mata minus. Ia bukan operasi ataupun LASIK, ia adalah sebuah terapi dari Singapore.

Waktu: 2xsehari (pagi dan sore)
Tempat: memiliki jarak pandang lumayan jauh (outdoor lebih baik).
Alat: sebuah baskom berisi air bersih
Caranya:

1. 1 Cipratkan air secukupnya sampai membasahi kedua mata
2. 2 Berdiri tegak, miringkan badan ke kanan kiri masing-masing 10x
3. 3 Gelengkan kepala ke atas bawah masing-masing 10x
4. 4 Gelengkan kepala ke kiri kanan masing-masing 10x
5. 5 Putar kepala ke kiri kanan masing-masing 10x
6. 6 Cipratkan air secukupnya sampai membasahi kedua mata
7. 7 Geser mata melirik ke atas bawah masing-masing 10x
8. 8 Geser mata melirik ke kiri kanan dengan bantuan tangan yang direntangkan sebagai titik yang harus dilihat masing2 10x.
9. 9 Putar mata ke kiri kanan masing-masing 10x
10. 10 Cipratkan air secukupnya sampai membasahi kedua mata
11. Pijat daerah sekeliling mata dengan satu jari dari tiap tangan secara bersamaan sampai 10x putaran lalu geser arah pijatan ke belakang kepala sampai kedua jari bertemu.

catatan:
*Untuk no.2-4, fokus mata ke titik lurus di depan
*No. 1, 6, dan 10 dimaksudkan agar tak terjadi iritasi pada mata
*Pada seluruh gerakan (2-4, 5-9), rasakan tarikan otot mata Anda.
Terapi ini tidak membutuhkan biaya dan sangat sederhana, namun hanya diperlukan ketekunan. Saya telah mencobanya sendiri dan hasilnya benar-benar efektif. Dalam waktu seminggu satu mata akan turun minusnya sebanyak 0.25. Mata(dua-duanya) saya semula -4.5 menjadi -3.5. Namun saya belum sampai menuntaskan terapi ini karena cukup menyita waktu saya dan mungkin akan terasa sedikit memalukan untuk melakukannya outdoor dan dilihat orang banyak. Anyway, jika ada pertanyaan masukkan di komentar. Selamat mencoba!

Sumber: senjaya.wordpress.com

kurang tidur dan penyakit kanker-sumari sukotjo



Minggu, 10 Mei 2009
Olahraga secara rutin dapat mengurangi resiko kanker pada perempuan, tapi manfaat itu bisa luput jika perempuan tersebut tidur terlalu sedikit, kata beberapa peneliti AS, Senin (17/11). Studi yang melibatkan 5.968 perempuan di Maryland mengkonfirmasi temuan sebelumnya, bahwa orang yang melakukan kegiatan fisik rutin menghadapi resiko lebih kecil untuk terserang kanker.

Tetapi ketika para peneliti itu meneliti perempuan yang berusia 18 hingga 65 tahun yang rajin berolah raga setiap pekan, mereka mendapati bahwa tidur tampaknya memainkan peran penting dalam resiko kanker.
Orang yang tidur kurang dari tujuh jam setiap malam menghadapi resiko 47 persen untuk terserang kanker dibandingkan dengan mereka yang tidur lebih banyak di antara perempuan yang aktif secara fisik, demikian laporan para peneliti itu dalam pertemuan American Association for Cancer Research.

“Kami kira itu sangat menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu. Ini seperti pertama kali melakukan penelitian. Itu bukan sesuatu yang telah dikaji secara luas,” kata Jame McClain dari National Cancer Institute, bagian dari National Institute of Health pemerintah, dalam suatu wawancara telepon.

McClain, yang memimpin studi tersebut, mengatakan tidak jelas bagaimana sesungguhnya tidur terlalu sedikit mungkin membuat orang lebih rentan terhadap kanker. “Tidur secara cukup telah lama berhubungan dengan kesehatan,” kata McClain.

U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut kurang tidur sebagai masalah kesehatan masyarakat yang tak diperhatikan, dan menyatakan orang Amerika kian kurang tidur. CDC menyatakan persentase orang dewasa yang melaporkan tidur selama enam jam atau kurang per malam meningkat dari 1985 hingga 2006.
Para ahli mengenai tidur mengatakan kekurangan tidur kronis berkaitan dengan kegemukan, diabetes, tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, depresi, menghisap rokok dan minum secara berlebihan.

Selain itu, penelitian telah memperlihatkan bahwa orang yang berolah raga secara rutin menghadapi resiko lebih rendah kanker payudara, usus besar dan jenis kanker lain. Banyak ahli berpendapat dampak olah raga pada tingkat hormon tubuh, fungsi kekebalan dan berat tubuh mungkin memainkan peran penting.

Sumber: sehatsinergis.wordpress.com
Diposkan oleh Sumari Sukotjo

mawan sukedno-artikel kesmas

ARTIKEL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam ilmu kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh yakni, Asclepius dan Higela, yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventiv dari golongan Higela, dua lairan tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gig, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan aliran prevevtiv lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang sasarannya masyarakat luas, Para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.

PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat dikelompokkan dalam 2 periode:
I.       Periode sebelum ilmu pengetahuan
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
II.    Periode ilmu pengetahuan
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
*      Sejarah dimulai sejak pemerintah Belanda Abad-16 dengan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang menyarang tahun 1927, 1937 kolera eltor, cacar masuk ke Indonesia melalui singapura tahun 1948.
*      Di bidang kesehatan masyarakat lainnya gub Daendels(1807) mengadakan pelatihan dukun bayi dalam persalinan, tahun1930 didaftarkan para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan, dan tahun 1952 mengadakan pelatihan secar cermat.
*      Sekolah dokter di jawa didirikan pleh dr. Bosch dan dr. Bleeker tahun 1951 dengan nama STOVIA, menyusul disurabaya tahun 1913 (NIAS). Pada tahun 1927 STOVIA menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI.
*      Berdirinya Lab. Tahun 1888 di bandung dan tahun 1938 berubah menjadi lembaga Eykman dan disusul Lab. di medan, semarang, makasar, surabaya dan jogja berperan dalam pemberantasan penyakit seperti, mlaria, lepra, cacar dsb. Bahkan gizi dan sanitasi.
*      Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan 1933, 1934, 1935 terjadi epidemi terutama di jawa pada tahun 1935 dilakukan pemberantasan dan penyemprotan.
*      Usaha Hydrich awal kesehatan masayarakat di Indonesia, tahun 1951 oleh dr. Y Leimena dan dr. Patah dengan konsepnya kuratif dan prefentif tidak bisa dipisahkan.
*      1956 Oleh dr. Y. Sukanti dalam proyek bekasi model pelayanan pengembangan kesehatan dan pusat pelantikan di SUMUT, JABAR, JATENG, JOGJA, JATIM, BALI dan KALSEL.
*      Nov 1967 konsep puskesmas oleh dr. A. Dopodilogo mengacu pada konsep bandung dan proyek bekasi. Disepakati puskesmas yang terdiri dari tip A, B, C dab tahun 1968 puskesmas sebagai sistem pelayanan kesehatan terpadu. Kegiatan pokok puskesmas adalah:
Kesehatan Ibu dan anak, KB, Gizi, Kesehatan lingkungan, Pencdegahan penyakit menular, Penyuluhan , Pengobatan, Perawatan, Usaha kesehatan (gizi, sekolah dan jiwa), Laboratorium, Pencatatan dan pelaporan.

Tahun 1969 puskesmas dibagi dalam 2 tipe(A→Dokter, B→Paramedik), tahun 1979 strata puskesmas dibedakan menjadi:SI Puskesmas dengan prestasi sangat baik, SII Puskesmas dengan prestasi standar, SII Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata.

DEFINISI
Kesehatan masyarakat terdiri dari beberapa batasan, dimulai dari batasan yang paling sempit sampai yang luas. Batasab paling tua kesma adalah upaya untuk mengatasi masalah yang mengganggu kesehatan (Kesma = Sanitasi),. Akhir abad 18 kegiatan kesma adalah pencegahan penyakit melalui perbaikan sanitasi dan imunisasi. Awal abad 19 kesehatan masyarakan integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran dan awal abad 20 oleh Wislow kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usah pengorganisasian untuk:
  1. Perbaikan sanitasi lingkungan
  2. Pemberantasan penyakit menular
  3. Pendidikan kebersihan perorangan
  4. Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan.
  5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Selanjutnya menurut Wislow kegiatan kesehatan masyarakat mencakup:
  1. Sanitasi lingkungan
  2. Pemberantasan penyakit
  3. Pendidikan kesehatan
  4. Manajemen
  5. Pengembangan rekayasa sosila dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Batasan dari ikatan dokter Amerika (1948) Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha pengorganisasian.

RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. sebagai ilmu kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin pokok keilmuan yakni ilmu BIO-medis dan ilmu sosial, sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mencakup: Ilmu Biologi, kedoteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi, psikologi, pendidikan dsb. Sehingga kesehatn masyarakat sebagai ilmu yang multi disiplin. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
  1. Epidemiologi                                                
  2. Biostatistik / Statistik kesehatan                   
  3. Kesehatan lingkungan
  4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
  5. Administrasi kesehatan masyarakat
  6. Gizi masyarakat
  7. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya secara multi disiplin, sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan yang langsung atau tidak untuk mecegah penyakit (Preventif), meningkatkan kesehatan (Promotif), terapi (terapi fisi, mental, sosial) adalah upaya masyarakat, misal pembersihan lingkungan, penyediasan air bersih, pengawasan makanan dll. Dan penerapannya sebagai berikut:
  1. Pemberantasan penyakit yang menular atau tidak        
  2. Perbaikan sanitasi lingkungan
  3. Perbaikan lingkungan pemukiman
  4. Pemberantasan Vektor
  5. Penyuluhan
  6. Pelayanan kesehatan Ibu dan anak
  7. Pembinaan gizi
  8. Pengawasan sanitasi tempat umum
  9. Pengawasan obat dan mibuman
  10. Pembinaan peran serta masyarakat
Jadi kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang berhubungan dengan hewan yang secara langsung atau tidak mempengaruhi kesehatan manusia yang berfungsi untuk melindungi konsumen dari bahaya yang dapat menganggu kesehatan, menjamin kententraman batin, pada penularan zoonosis, melindungi petani atau peternak dari rendahnya mutu nilai bahan asal hewan yang diproduksi. Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan dalam pelaksanaan pembatasan penyakit-penyakit menular trlihat pada UU No6/1967 ttg Anthropozoonosis, PP No22/ 1983 ttg Zoonosa, PP No22/1983 bab4 pasal 24 ttg Pemberantasan rabies dsb.

posyandu dan polindes by shinta maharani

Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat


MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
POSYANDU DAN POLINDES


DISUSUN OLEH:


Shinta Maharani
PO 0340209031 031
DOSEN PEMBIMBING: Maida Rahmi, SKM
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI KEBIDANAN CURUP
TAHUN 2010/2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Posyandu dan Polindes” untuk menjadi sumber nilai dalam mata kuliah IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat)
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada:
1. Maida Rahmi, SKM selaku dosen pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Curup, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ 02
DAFTAR ISI ................................................................................................ 03
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................... 04
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 04
1.3 Tujuan dan manfaat Penulisan ............................................................ 05
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Posyandu................................................................................................... 06
1. Pengertian Posyandu…………….. …………………………...…06
2. Tujuan Posyandu …………………………………………………07
3. Kegiatan dari Posyandu………………………………………...…07
4. Sasaran dari Posyandu …………….…………………………..….09
5. Syarat Terbentuknya Posyandu….…………………………..……09
2.2 Polindes………………………………………………………………..….10
1. Pengertian Polindes…………………………………………..……10
2. Tujuan Polindes……………………………………………………11
3. Kegiatan dari Polindes……………………………………………..11
4. Sasaran dari Polindes……………………………………………....12
5. Syarat Terbentuknya Polindes…..…………………………………12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan pelayanan kesehatan di posyandu meliputi : KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare mempunyai kontribusi terhadap penurunan AKB dan anak balita. Adanya keterbatasan dalam pelayanan posyandu yaitu pelayanan kesehatan bagi ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu diupayakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu melalui polindes. Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan untuk menempatkan tenaga bidan di desa di bawah pembinaan dokter puskesmas.
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegah an dan peningkatan kesehatan dan pada pengobatan dan rehabilitasi.Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat dilakukan dipuskesmas, puskesmas pembantu, polindes terutama di posyandu.
Saat ini posyandu sangat primadona. Pemerintah Indonesia dengan kebijakan Kepmenkes mengupayakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan di posyandu, karena posyandulah tempat paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu disini kami membahas tentang Posyandu dan Polindes Tujuannya agar angka KIA di Indonesia dapat ditingkatkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Posyandu dan Polindes?
2. Apa Tujuan dari Posyandu dan Polindes?
3. Apa saja Kegiatan dari Posyandu dan Polindes ?
4. Siapa sasaran Posyandu dan Polindes?
5. Bagaimana syarat terbentuknya Posyandu dan Polindes?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
6. Pengertian Posyandu dan Polindes
7. Tujuan Posyandu dan Polindes.
8. Kegiatan dari Posyandu dan Polindes.
9. Sasaran dari Posyandu dan Polindes.
10. Syarat Terbentuknya Posyandu dan Polindes.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 POSYANDU
A. Pengertian Posyandu
Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.(Ambarwati Retna, 2009)
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).
Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya (pratama dan madya) sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin, serta adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu (Depkes RI, 1999).
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri
B. Tujuan Posyandu
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografis
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
C. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
· Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah
· Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral
· Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasiny
· Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
2) Keluarga Berencana
· Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
· Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi.

4) Peningkatan gizi
· Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
· Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
· Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5) Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
2) Keluarga Berencana
3) Immunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan Diare
6) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7) Penyediaan Obat essensial.
D. Sasaran Posyandu
· Bayi berusia kurang dari 1 tahun
· Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
· Ibu hamil
· Ibu menyusui
· Ibu nifas
· Wanita usia subur.
E. Syarat terbentuknya Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1) Pos penimbangan balita
2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru.

Alasan Pendirian Posyandu
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
Penyelenggara Posyandu1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).
2.2 POLINDES
A. Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan. (Ambarwati retna,2009).
Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999)
Kajian makna polindes
a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.
c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa tersebut.
e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD, namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas.
f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan sarana air bersih.
g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD dengan bidan desa tentang pengaturan biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di polindes.
h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.
Fungsi polindes
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan Polindes
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
C. Kegiatan Polindes
a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.
e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.
D. Sasaran Polindes
· Bayi berusia kurang dari 1 tahun
· Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
· Ibu hamil
· Ibu menyusui
· Ibu nifas
· Wanita usia subur.
· Kader
· Masyarakat setempat.
E. Syarat Terbentuknya Polindes
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.
d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda 4.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum minimal 1 tempat tidur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
v Posyandu Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.(Ambarwati Retna, 2009)
v Tujuan Posyandu yaitu Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera, Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan, Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat .
v Kegiatan Posyandu Kesehatan Ibu dan Anak,Keluarga Berencana,Immunisasi, Peningkatan gizi,Penanggulangan Diare,Sanitasi dasar, dan Penyediaan Obat essensial.
v Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999)
v Tujuan Posyandu Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera, Meningkatkan kemampuan masyarakat mengembangkan kegiatan kesehatan, Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan, Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat.
v Sasaran Polindes Bayi berusia kurang dari 1 tahun, Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun, Ibu hamil, Ibu menyusui, Ibu nifas, Wanita usia subur,Kader,Masyarakat setempat.
3.2 Saran
Sebaiknya UKBM ini harus di gerakkan dengan sebaik-baiknya agar mendapat hasil semaksimal mungkin dan dapat meningkatkan kesehatan di desa setempat. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat dan kami juga berharap semoga angka kesakitan dan kematian di Indonesia dapat menurun dan diturunkan.
Daftar Pustaka
Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
Yuliarati 2010.http://yuliarati.blogspot.com/2011/04/polindes.html diunduh pada 02 Mei 2011